Imun atau Doa?

Hai, hai, hai! Apa kabar? Gue berharap kalian sehat-sehat aja. Covid belum juga usai. Tapi untungnya dampaknya sudah tidak separah awal-awal kemunculannya. So, thank God?

Udah hampir dua minggu sejak terakhir gue ketemu kolega-kolega gue yang positif. Yes, kolega-kolega gue yang positif. Gue kontak erat dengan empat orang yang positif secara bergantian. Jackpot banget kan? Gue cuman bisa ketawa ketika liat ada chat masuk dari kolega gue “Lis, gue positif” di saat gue baru aja kembali dari test PCR. Becanda nih? Seriusan nggak sih? Besoknya dapet info bahwa si A positif dan besoknya lagi si B udah batuk-batuk parah. Wow, komedi sekali hidupku. Bukan genre ini yang gue inginkan.

Untungnya hasil PCR keluar sehari setelah test. Yah, meskipun hasilnya negatif, gue tetep nggak bisa tenang sampai lewat masa inkubasi kolega positif terakhir yang gue temui (jelas yang terakhir bikin gue khawatir, karena kami makan siang bareng dan ngobrol-ngobrol).

Puji Tuhan, nggak ngerti lagi tapi bersyukur amat terangat, sampai detik ini gue baik-baik saja. Ini bikin gue berpikir, imun gue yang kuat atau doa bokap nyokap yang kenceng banget ya? Seolah-olah ada perisai di depan gue yang melindungi dan menghalau virus-virus itu masuk.

Mari lanjut minum jamu dan telan vitamin C.

Stay safe, everyone.

2 thoughts on “Imun atau Doa?

Leave a comment